Bagi sebagian orang musim hujan adalah berkah yang selalu ditunggu-tunggu kedatangannya, namun bagi sebagiannya lagi, musim hujan berarti banjir akan segera menghampiri. Jakarta yang merupakan Ibu Kota Negara Indonesia adalah salah satu kota yang menjadi langganan banjir setiap tahun. Jika musim hujan telah tiba jalan-jalan utama kota Jakarta langsung tergenang oleh air yang pastinya akan menyebabkan kemacetan yang parah di sepanjang ruas jalan. Belum lagi banjir bandang yang selalu menghampiri sebagian daerah di Jakarta.
Titik banjir di Jakarta antara lain : di Jakarta Utara berada di Kelurahan Sunter Agung, Kelurahan Penjaringan, Kelurahan Rawa Badak, dan Kelurahan Koja. Daerah terparah di Kapuk Muara. Di Jakarta Pusat, titik banjir terpantau di Kelurahan Petamburan yang merupakan daerah terparah, Kelurahan Tanah Abang, Kelurahan Kemayoran, dan Kelurahan Karet Tengsin. Di Jakarta Barat, titik banjir berada di Kelurahan Rawa Buaya yang menjadi daerah banjir dengan intensitas tinggi, Kelurahan Kapuk, dan Kelurahan Tegal Alur. Titik banjir di Jakarta Timur berada di Kelurahan Kampung Melayu yang merupakan darah banjir terparah, dan Kelurahan Cawang. Sedangkan di Jakarta Selatan, titik banjir berada di Kelurahan Bukit Duri, Kelurahan Bintaro, dan Kelurahan Pondok Karya. Kelurahan Petukangan Selatan merupakan salah satu daerah dengan konsentrasi air tertinggi.
Masalah banjir akhirnya menjadi masalah tahunan yang susah untuk di atasi. Dikutip dari situ inilah.com Jakarta memiliki siklus banjir lima tahunan yang merugikan. Pada tahun 2002 banjir di Jakarta ditaksir merugikan perekonomian sebesar 4 triliun rupiah.
Berbagai macam masalah pun timbul ketika banjir telah tiba, mulai dari masalah kesehatan, sosial, politik dan ekonomi semuanya terganggu. Ketika musibah banjir tiba, warga yang rumahnya terkena banjir mulai mengunggsi dan pindah ke tenda-tenda darurat yang telah disediakan oleh pemerintah. Sebagian warga yang rumahnya memiliki dua lantai kadang memilih untuk tetap tinggal di rumahnya sendiri selagi banjir belum sampai ke lantai dua rumah mereka. Miris memang menyaksikan keadaan warga Jakarta ketika sedang dilanda musibah banjir. Warga yang menjadi korban banjir tidak sedikit yang terkena berbagai macam penyakit karena kekurangan makanan dan air bersih.
Di segi ekonomi, banjir yang melumpuhkan sebagian besar ruas jalan di ibu kota membuat aktivitas perekonomian menjadi terganggu.
Guna mengatasi permasalahan banjir Jakarta, Pemda DKI Jakarta mengeluarkan sejumlah kebijakan yang selanjutnya dituangkan dalam Perda-Perda, seperti kebijakan ekonomi, sosial, budaya, politik, penataan kota, pendirian bangunan, pengolahan limbah dan lain sebagainya.
Dalam Masterplan pengendalian banjir, Pemda DKI meminta pemerintah pusat untuk konsisten meminimalkan dampak pencemaran lingkungan seiring dengan gencarnya pembangunan di Indonesia khususnya Jakarta, serta mengajak seluruh elemen warga Jakarta untuk bersama menjaga lingkungan kebersihan Jakarta, termasuk pengendalian sampah. Volume sampah Jakarta 6.000 ton perhari, maka ketika banjir jumlahnya bisa mencapai 9.000 – 10.000 ton. Namun, menyalahkan sampah dari rumah masyarakat sekitar kali tentu tidak tepat mengingat masalah banjir Jakarta begitu kompleks dan rumit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar