Hari itu hujan turun dengan sangat deras. Liani lagi-lagi melamun di balkon kamarnya menatap setiap rintik hujan yang turun. Ia selalu melakukan hal yang sama ketika bulir air itu menetes dari langit.
“Kring.. kring..” Bunyi telpon selular membuyarkan lamunan Liani.
“Hallo…” Sapa liani kepada penelpon di seberang sana.
“Hi Liani.. Ini aku Dita..” Jawab si penelpon.
“Dita?? Dita Riana??” Tanya Liani sambil mengingat-ingat daftar temannya yang bernama dita..
“Ya betul.. Memangnya kau punya berapa teman yang bernama Dita”
“Aaaaggh… Dita… Apa kabar? Aku kangen sekali.. Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Apakah kau masih di London? Sekarang kau sedang ada dimana? Kapan kau pulang ke Jakarta?” Pekik Liani sambil melontarkan berbagai pertanyaan yang ada dibenak nya.
Dita adalah teman akrabnya sewaktu duduk dibangku SMA dulu. Liani dan Dita adalah sahabat sejati yang bias dibilang tak terpisahkan. Layaknya ungkapan ada gula ada semut, begitulah Liani dan Dita, Mereka selalu bersama-sama setiap saat sampai akhirnya mereka berpisah ketika Dita memutuskan untuk melanjutkan studinya di London.
“Satu-satu donk pertanyaannya” Sahut dita di seberang sana.
“Kau jahat sekali. Empat tahun di negeri orang, rupanya dapat mencuci otakmu hingga lupa pada sahabatmu ini. Kau tak pernah menelpon ataupun menyuratiku..” Liani mengomel pada Dita.
“Aku sangat ingin mengabarimu, tapi pulsa telpon dari London ke Jakarta kan sangat mahal.. Kalau urusan surat menyurat kau tau sendiri aku tidak bisa menulis dengan baik.. hahaha..”
“Teganya kau… Jadi hanya segitu saja harga persahabatanmu, sebatas harga pulsa telpon?”
“Hei.. Hei.. Jangan marah dulu, aku cuma bercanda. Aku sudah berkali-kali mencoba menghubungimu, tapi no Handphonemu tidak pernah aktif lagi. Dan kau juga sudah pindah rumah kan.. Aku juga sudah coba telpon ke no telpon rumahmu, tapi juga sudah tidak aktif… aku bisa menelpon mu saat ini karena kemaren aku bertemu dengan Rian di bandara dan dia memberikan nomor ini kepadaku.”
Liani terpaku sejenak mendengar jawaban dari temannya. Menyadari kalau hal itu memang bukan kesalahan temannya, Liani segera meminta maaf.
“Maafkan aku Dita, Handponku dicuri orang waktu aku pertama kali masuk kuliah dan semua nomer-nomer penting lenyap bersamanya.”
“Sudahlah… kita tidak perlu saling menyalahkan, yang penting kita sudah bisa telpon-telponan lagi sekarang” Jawab Dita.
“Hei.. Tadi kau bilang Rian memberitahukan nomor HP ku ketika bertemu dengannya di Bandara… Apakah kau sedang di Jakarta sekarang?” Tanya Liani
“Tepat sekali.. I’m Back Baby…”Sahut Dita
“Aaaaaaaa…. Aku tidak percaya, akhirnya setelah 4 tahun, kita bisa ketemu lagi..” Pekik Liani
“Yup betul.. aku kangen sekali denganmu… Kapan kita bisa bertemu?” Tanya Dita
“Bagaimana kalau nanti malam?”Sahut Liani
“Nanti malam?? Itu terlalu cepat.. aku masih Jet Leg dan mau istirahat dulu sebentar.. bagaimana kalau hari Sabtu, di Kafe tempat kita sering hang out dulu, Jam 2 Siang”Usul Dita
“Baiklah setuju..”
Dan hari itupun tiba.. Liani tidak sabar untuk bertemu dengan sahabat lamanya.
“Baju.. Oke.. Make up.. Oke.. Sepatu.. Perfect.. Rambut.. Beautiful..” Liani bergumam mengomentari penampilannya sendiri di depan cermin. Ia tidak ingin terlihat buruk setelah lama tidak bertemu dengan temannya.
Pukul 2 siang Liani sudah sampai di kafe yang mereka bicarakan tapi wujud Dita belum kelihatan juga.
“Huh.. Anak itu, sudah lama tinggal di luar negeri tapi tetap saja pakai jam Indonesia” gumam Liani
Tak lama beselang, Dita datang.. Liani serentak melompat dari kursinya ketika melihat sosok sahabatnya. Dita yang dulu mungil dan tomboy telah berubah. Dita yang sekarang dipandangi Liani dari kejauhan memiliki bentuk tubuh yang tinggi dan ramping, rambutnya pun panjang tergerai, dan kulitnya putih bersih. Dita telah bertransformasi menjadi wanita yang anggun dan elegan.
“Dita…Apakah ini benar-benar kau?” Kau cantik sekali.. Apakah keju dan susu yang merubahmu menjadi secantik ini” Komentar dita sambil memeluk sahabatnya itu.
“Tentu saja ini aku.. Kau juga tidak berubah Liani.. Masih Liani seperti dulu, Cantik dan mempesona. Sudah berapa pria beruntung yang dapat meluluhkan hatimu?” Dita membalas pujian Liani sambil bergurau.
Dan jadilah hari itu menjadi hari reuni mereka berdua. Mereka saling melepas rindu, berbagi cerita yang selama ini tak sempat mereka ungkapkan. Dita bercerita bawa ia sudah menyelesaikan kuliahnya di London dan akan bekerja di Indonesia. L:iani merasa sangat senang sekali mendengar hal itu. Selama ini hanya Ditalah yang dapat cocok dengannya. Ketika kuliah, Liani tidak menemukan teman seperti Dita. Ketika mereka asyik bercerita, terdengar dering handphone dari dalam tas Dita.
“Hallo beib..”Sahut Dita sambil tersenyum. “Ya aku sedang di Kafe A bersama Liani.. kamu mau kesini? Oke see you” Dita menutup telponnya.
“Siapa itu?? Kekasihmu kah?” Tanya Liani.
“Hmmm… Ya.. kami cukup akrab” Jawab Dita
“Apa aku mengenalnya?” Liani kembali bertanya
“Hmmm…” Sebelum Dita selesai menjawab pertanyaan Liani, mata mereka langsung tertuju pada pengunjung kafe yang baru saja masuk.
Seorang pria, berbadan atletik, berwajah semi oriental mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak tersenyum ke arah mereka. Jantung Liani berdegup kencang, dunia seakan berhenti sejenak ketika itu. Dan ketika pria itu melangkah lebih dekat, Liani merasa waktu berjalan mundur sampai akhirnya sang pria yang ditatapnya menyapa mereka.
“Hai Liani… Lama tidak bertemu… Hai Beib” Sapa pria itu ramah kepada Liani dan langsung saja melayangkan ciuman singkat ke pipi Dita.
“Andre… Kau… dan Dita… Kalian… Bagaimana bisa…” Dita tak mampu menyelesaikan kalimatnya. Senyuman Liani tiba-tiba menghilang.
“Liani.. Maafkan aku.. Aku sangat ingin menceritakan tentang hal ini kepadamu” Ucap Dita
“Sudahlah… Aku bisa melihatnya dengan jelas.. Aku… Aku masih ada urusan lain.. Sampai ketemu lagi Dita.. Andre…” Dengan tergesa-gesa dan sedikit berlari Liani meninggalkan meja yang mereka duduki di kafe itu.
“Liani tunggu..” Sanggah Dita sambil mengejar Liani
“Dita.. Aku senang sekali bertemu denganmu.. tapi teganya kau…”Sedikit terisak Liani meninggalkan Dita dan semakin menjauh.
Dita hanya tertegun melihat sahabatnya meninggalkannya seperti itu. Ia bisa memahami alasannya. Andre segera menghampiri Dita dan memeluknya.
Liani berlari semakin kencang sambil terisak hingga nafasnya sesak. Langit mulai gelap dan bergemuruh seakan ikut merasakan kesedihan dihati Liani. Rintik hujanpun berjatuhan. Liani membiarkan dirinya dibasahi bulir-bulir air itu dan berjalan gontai sampai akhirnya ia tiba ditaman didekat perumahannya. Liani duduk di salah satu bangku taman ditemani derasnya air hujan. Liani tidak tahan lagi menahan sesak didadanya dan akhirnya tangisnya pun pecah bersamaan dengan suara gemuruh di langit.
***
Bukan tanpa alasan mengapa ia selalu menatap rintik hujan yang turun dari balkon kamarnya. Setiap tetesan yang turun selalu mengingatkan Liani pada sosok seorang pria yang pernah disakitinya. Pria yang dulu sangat mencintainya.
Andre. Pria yang saat ini menjadi kekasih sahabatnya adalah pria yang sama dengan Andre yang dikenal Liani sewaktu SMA dulu. Andre adalah kakak kelas Liani ketika SMA, Andre diam-diam menaruh hati pada Liani, melalui Dita, Andre mencoba mendekati Liani secara perlahan-lahan. Andre anak yang baik. Ia juga cukup tampan, tapi bukan anak yang cukup popular di SMA. Andre selalu memberikan perhatian pada Liani, hal-hal kecil seperti mengikatkannya untuk makan, mengucapkan selamat tidur, atau membangunkannya lewat sms manis dipagi hari selalu membuat Liani tersenyum. Liani selalu nyaman berada di dekat Andre. Tetapi bukan hanya Andre yang mencoba memikat Liani saat itu. Robi, anggota klub basket SMA sekaligus ketua OSIS di SMA nya juga menaruh hati pada Liani. Siapa yang tidak tersanjung jika dikagumi oleh cowok seperti Robi.
Ketika Andre lulus dari SMA, ia menyatakan perasaan cintanya kepada Liani. Liani senang karena dincintai Andre, tapi ia juga menyesal karena tidak bisa menerima cintanya. Liani sudah terlanjur menerima Robi yang mengungkapkan perasaannya satu hari sebelum Andre. Andre terlihat kecewa sekali ketika itu. Hujan serta merta turun membasahi mereka di taman tempat mereka berdiri. Beberapa saat mereka hanya terdiam mengharap hujan dapat meredamkan perasaan pahit yang saat itu bergejolak dihari mereka. Liani sadar bahwa ia juga mencintai Andre. Tapi ia juga tidak bisa menolak Robi. Liani merasa serba salah. Berulang kali ia meminta maaf kepada Andre. Kesedihan terlihat jelas diwajah Andre, tapi ia tetap tersenyum dan berkata bahwa ia bisa menerima keputusan Liani. Sejak saat itu Liani tidak pernah lagi melihat Andre. Dita pun tidak tahu kabar tentangnya. Hubungan hanya terasa manis sementara. Selang satu minggu sejak mereka jadian, Liani mendapati Robi sedang menggandeng cewek lain di sebuah Mall. Sakit sekali hati Liani. Hubungannya dengan Robi berakhir begitu saja dan Liani juga harus menanggung sesal karena telah menyakiti Andre. Sejak saat itu hujan selalu mengingatkannya pada sosok Andre yang tidak pernah ditemuinya lagi. Tidak pernah hingga akhirnya ia menghadapi kenyataan bahwa Andre menjalin hubungan dengan sahabat baiknya Dita.
***
Hujan mulai reda, namun Liani masih terisak di bangku taman yang basah. Perasaan yang selama ini dipendamnya, rasa cinta yang tetap disimpannya dan akan diungkapkan kalau-kalau suatu saat ia bertemu lagi dengan Andre membuat kondisinya semakin buruk saja. Semuanya sudah berakhir sekarang. Semuanya sudah terlambat. Rasa yang disimpannya itu sudah tidak ada gunanya lagi. Liani harus menghadapi kenyataan bahwa ia tidak bisa mendapatkan Andre lagi. Tapi mengapa harus dengan Dita.. mengapa harus dengan sahabatnya.
“Kring… kring..” Hanphone Liani berdering lagi.. ia sungguh tidak ingin bicara dengan siapapun saat ini, apalagi setelah nama yang muncul di layer telephone genggamnya ity adalah Dita. Liani membiarkan telpone itu tetap berdering sampai penjawab otomatis menjawab panggilan Dita.
“Hai… Ini Liani.. Aku sedang tidak ada di tempat.. Silahkan tinggalkan pesan” “Liani.. Aku tahu kau tidak mau bicara denganku.. tapi kumohon dengarkan penjelasanku” Suara Dita yang sebelumnya sangat dirindukannya tiba-tiba menjadi suara yang paling tidak ingin ia dengar.
“Aku bertemu dengan Andre ketika aku kuliah disini. Kami kuliah di universitas yang sama. Setelah kau menolak cintanya, Andre memutuskan untuk kuliah ke luar negeri. Itulah sebabnya kita tidak pernah mengetahi kabarnya lagi. Aku ingin menceritakan hal ini padamu ketika aku bertemu lagi dengan Andre di universitas, tapi aku tidak bisa menghubungimu. Aku tidak tahu megapa aku menjadi dekat dengan Andre.. Hubungan kami mengalir begitu saja. Aku tak berniat menyakitimu Liani.. tapi perasaanku tidak bisa dibohongi bahwa lama-kelamaan aku menjadi jatuh cinta pada Andre dan ia pun merasakaan perasaan yang sama. Banyak yang berubah dalam empat tahun terakhir ini. Aku minta maaf jika kami melukai perasaanmu. Aku tidak pernah mengira bahwa kau tetap mencintai Andre.. Maafkan aku Liani.. Tolong maafkan aku.. jangan hukum aku dengan memutuskan persahabatan kita karena cinta. Maafkan aku..” Kata maaf Dita menyudahi penjelasannya.
Awan mendung makin menjauh. Matahari mulai mengintip diantaranya. Liani masih duduk dibangku taman itu. Rasa sakitnya perlahan-lahan pergi. Dita benar, tidak adil jika ia menyalahkan Dita dan Andre atas perasaan yang mereka rasakan. Walaupun rasa sakit itu akan tetap ada untuk waktu yang lama, tapi Liani harus mencoba menerima kenyataan yang ada. Mungkin sudah saatnya ia memandang ke depan dan tidak berlarut dengan penyesalan masa lalunya terhadap Andre. Ia harus mulai membuka hatinya untuk seseorang yang baru. Liani bangkit dari bangku taman itu. Berjalan lurus menuju rumahnya. Mungkin ia akan menelpon Dita dan meminta maaf atas perlakuannya tadi. Semuanya harus dimulai dari awal lagi. Liani bertekad untuk membiarkan hujan yang selama ini membawanya ke kenangan masa lalunya untuk menghapus semua memori itu dan mulai membiarkan pelangi masuk untuk mewarnai hari-harinya kedepan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar